Selasa, 27 Oktober 2015

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (Resume)
MENYUSUN KARYA ILMIAH

A.    Konsep Karya Ilmiah

Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran yang disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.

B.     Karakteristik Karya Ilmiah
Sesuai dengan uraian di atas, karya ilmiah berkarakteristik:
a.       objektif, artinya karya ilmiah harus relistis, apa adanya, sesuai objeknya, tidak ada rekayasa, dan tidak pula memasukkan unsure-unsur subjektivitas penulis,
b.      faktual, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada fakta dan dapat pula dibuktikan,
c.       rasional dan logis, artinya karya ilmiah harus dapat diterima secara akal dan berisi penalaran-penalaran ilmia,
d.      ilmiah, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada bidang keilmuan dan prosedur ilmiah,
e.       sistematis, artinya karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan sistematika yang baik, dan
f.       manfaat, artinya karya ilmiah harus mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis dan pihak-pihak yang memerlukan, bahkan bermanfaat secara universal, dan bermanfaat praktis,


C.    Pola Pikir dalam Penulisan Karya Ilmiah

Pola piker dalam karya ilmiah memunyai peranan yang sangat penting karena sebuah karya ilmiah selalu didasarkan pada hasil berpikir ilmiah. Pola pikir dalam karya ilmiah dipilah menjadi dua, yaitu pola pikir bersifat deduksi (cara berpikir deduktif) dan pola pikiri induksi (cara berpikir deduktif). Pola pikir deduktif merupakan pola pikir ilmiah yang didahului dengan pernyataan umum yang berupa kesimpulan terhadap suatu objek atau pernyataan teoritis dari sebuah teori tertentu kemudian ditindajlanjuti dengan pernyataan khusus yang diperoleh dari analisis objek, argument-argumen, bukti-bukti, dan hal lain yang aktual, realistis, dan logis.

Sedangkan pola pikir induktif merupakan pola pikir yang didahului dengan pernyataan khusus yaitu hal yang bersifat aktual, realistis, dan objektif kemudian ditarik sebuah pernyataan umum (simpulan).


D.    Sumber-sumber Gagasan Penyusunan Karya Ilmiah

Sumber gagasan penysunan karya ilmiah yang dimaksudkan di sini adalah bahan penulisan. Bahan penulisan adalah berbagai informasi baik teoritis maupun realistis-empiris yang menimbulkan inspirasi untuk menyusun karya ilmiah. Sumber-sumber  informasi dapat diperoleh dari hal-hal seperti diuraikan di bawah ini.

a.      Inferensi atau pengalaman

Profesi yang kita tekuni, aktivitas yang kita jalani, dan pekerjaan yang kita kerjakan pasti memunculkan persoalan-persoalan. Kerap kali dalam benak kita mempunyai gagasan untuk mengembangkan aktivitas tersebut menjadi lebih baik, maju, dan berkualitas. Sering pula, ketika kita menjalani kegiatan, pekerjaan, dan profesi menemui masalah dan terlintas cara memecahkannya. Gagasan, cara memecahkan masalah, dan hal-hal baru yang kita dapatkan dari aktivitas itu dapat kita pakai sebagai bahan untuk menulis karya ilmiah. Sumber yang kita peroleh seperti itu berarti bersumber dari pengalaman sehari-hari.

b.      Observasi

Sumber penulisan karya ilmiah dapat diperoleh pula dari observasi. Observasi yang dimaksud adalah pengamatan terhadap suatu objek, kejadian, atau fenomena tertentu. Kegiatan observasi itu dilakukan dengan terjun langsung atau melibatkan diri ke dalam objek, peristiwa, dan fenomena yang diamati. Proses observasi harus dilakukan dengan sadar (terencana) dan terukur.


c.       Pustaka

Sumber pustaka maksudnya adalah sumber yang diperoleh dari buku dan media cetak lainnya. Untuk mendapatkan bahan penuluisan karya ilmiah dari sumber ini harus melalui proses membaca kritis.

d.      Deduksi dari suatu teori

Yang dimaksudkan deduksi dari suatu teori adalah pernyataan-pernyataan umum dari suatu kesimpulan suatu teori tertentu yang sudah umum dan diyakini kebenarannya. Penulis karya ilmiah berkeinginan untuk membuktikan simpulan teori tersebut pada hal lain.

e.       Kebijakan-kebijakan

Kebijakan-kebijakan tertentu dapat manjadi bahan penuliusan karya ilmiah. Yang dimaksudkan dangan kebijakan adalah ketentua-ketentuan tentang suatu hal yang diberikan atau diberlakukan oleh pihak tertentu. Kebijakan-kebijakan tersebut menimbulkan dampak tertentu pada pihak lain. Pihak lain ada yang setuju, ada yang menolak, ada pula yang tidak mendapatkan pengaruh apa pun. Hal tersebut dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun karya ilmiah.

f.       Laporan penelitian
Sumber dari laporan penelitian adalah sumber yang merupakan laporan dari suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh orang lain. Penelitian itu telah dibukukan menjadi sebuah karya ilmiah. Dengan membaca laporan penelitian tersebut diharapkan kita akan memperoleh masalah lain yang dapat kita jadikan sebagai karya ilmiah.

E.     Prosedur Penyusunan Karya Ilmiah

F.     Sitematika Penyusunan Karya Ilmiah dan Teknik Penyusunannya
Bagian Awal
1. Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah :
2. Halaman sampul
3.Halaman judul
4. Abstrak
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Daftar Gambar
8. Daftar Lampiran

Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Kegunaan Penelitian
F. Definisi Operasional


BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian pustaka setiap variabel
B. .Hipotesis (jika ada)

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Uji Prsayarat Analisis
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran

Bagian Akhir
 Daftar Pustaka
 Lampiran
 Riwayat Hidup Penulis

 Sistematika Laporan Penelitian Versi Pendek:
(Makalah , Artikel Jurnal Ilmiah)
1). Pendahuluan
2)  Kajian teori
3). Metode
4). Temuan dan Pembahasan
5). Kesimpulan dan Rekomendasi
6). Daftar Pustaka
7)  Lampiran
       - Daftar Riwayat Hidup


G.    Teknik Penulisan Komponen-komponen Karya Ilmiah
H.    Makalah sebagai Sebuah Bentuk Karya Ilmiah
Makalahadalah karya tulis yang membahas suatu masalah berdasarkan hasil kajian pustaka (teori) atau hasil pengamatan

Tahap-tahap Penyusunan Makalah
  1. Persiapan
a. mengumpulkan dan membaca buku-buku untuk memilih dan menentukan topik
b. membaca buku-buku untuk memperluas pengetahuan yang        berhubungan dengan topik yang                telah terpilih
        c.   mengembangkan kerangka makalah
2.  Penulisan
      Kegiatan pengembangan kerangka makalah menjadi sebuah makalah
3.  Pemeriksaan (Revisi)
      Pemeriksaan terhadap isi dan penggunaan  kata, kalimat, ejaan, dan
      tanda baca.

Pertimbangan dalam memilih topik
      (a) topik harus bermanfaat
      (b) menarik dan sesuai dengan minat penulis
      (c) topik harus dikuasai penulis
      (d) tersedia sumber-sumber informasi dan bacaan

Kerangka Makalah

BAB I   PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 metode pengumpulan data
1.6  Definisi operasional                         
BAB II  PEMBAHASAN
            Berisi uraian yang menjawab rumusan masalah secara terperinci didasarkan atas data-data dan informasi dari berbagai sumber.
BAB III PENUTUP
            3.1 Simpulan
            3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I   PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada bagian ini diungkapkan hal-hal yangmelatarbelakangi pembuatan makalah atau karya tulis.Bagian ini mengungkapkan landasan pemikiran pemilihan judul atau permasalahan yang akan ditulis.

Tujuan
Bagian ini mengungkapkan tujuan yangingin dicapai melalui karya tulis tersebut

.Manfaat
Bagian ini penulis menjelaskan manfaat penelitian. Manfaat tersebut diarahkan kepada pihak-pihak tertentu. Perumusan manfaat adalah untuk siapa dan apa manfaatnya untuk pihak tersebut.

Pembatasan Masalah
Bagian ini mengungkapkan cakupan masalah yang akan dibahas. Masalah yang terlalu luas harus dibatasi supaya pembahasan lebih terfokus.Pembatasan juga dapat berisi
penjelasan tentang peristilahan yang digunakan dalam karya tulis.

Metode Pengumpulan Data
Bagian ini menjelaskan berbagai teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penyusunan karya tulis tersebut.Pengumpulan data dapat dilakukan melalui pengamatan, angket, wawancara, dan membaca buku.

Definisi operasional
Pada bagian ini penulis dapat menjelaskan definisi dari fariabel yang dipakai dalam tulisan. Definisi operasional bersifat teknis, artinya istilah tersebut yang dipakai dalam makalah tersebut.

Bab II Pembahasan,
Mengemukakan pembahasan masalah bersumber pada data yang diperoleh dibandingkan dengan teori yang terdapat pada berbagai sumber.

Bab III Penutup,
memuat simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka adalah daftar yang berisi buku, makalah, artikel, dan bahan bacaan lainnya yang dikutip atau digunakan sebagai sumber informasi dalam penulisan makalah.
Hal-hal yang diinformasikan dari sebuah buku dalam penulisan daftar pustaka, meliputi: (a) nama pengarang, (b) tahun penerbitan, (c) judul dan subjudul (jika ada), (d) tempat penerbitan, (e) nama penerbit.
Cara menulis daftar pustaka
      1.  Jika nama pengarang terdiri atas dua kata, kata kedua  harus didahulukan.           Misalnya, Amin Santoso ditulis Santoso, Amin. Di belakang nama diberitande     titik(.). Nama gelar tidak         perlu dicantumkan.
      2.  Tahun terbit buku diakhiri tanda titik (.)
     3.  Judul buku dan subjudul (kalau ada) ditulis miring atau diberi garis bawah         per kata dan diakhiri tanda titik (.)
      4.  Kota penerbit diakhiri tanda titik (.)
      5.  Nama penerbit buku diakhiri tanda titik (.)

Contoh
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra.  Bandung: Sinar Baru.
Badudu, J.S.1981. Membina Bahasa Indonesia Baru. Seri 1, 2, 3. Bandung: Pustaka Prima.
………. . 1981. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Cetakan ke-9. Bandung: Pustaka Prima.
Moeliono, Anton M., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Wijaya, Marlina dan Euis Honiatri. 1997. Intisari Tata    Bahasa Indonesia untuk SLTP. Bandung:      Pustaka Setia.

Tata Ejaan

  Ejaan adalah keseluruhan aturan atau tata cara untuk menulis suatu bahasa baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun penggunaan tanda baca. Pada ejaan dalam bahasa Indonesia sendiri menganut sistem fonemis, yaitu bentuk suatu ejaan yang menginginkan serta berusaha untuk melambangkan sebuah fonem hanya dengan satu huruf saja.
>> FUNGSI EJAAN
      Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu, pembakuan ejaan perlu diberi prioritas lebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan, antara lain, berfungsi sebagai :
  1. Landasan pembakuan tata bahasa.
  1. Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
  1. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
>> PERKEMBANGAN EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan dalam bahasa Indonesia sendiri telah mengalami beberapa kali perkembangan yang bertujuan untuk semakin menyempurnakan ejaan yang telah ada sebelumnya. Ejaan-ejaan yang pernah dipakai di Indonesia antara lain :
  1. Ejaan van Ophuysen
Ejaan van Ophuysen atau yang lebih dikenal sebagai ejaan Balai Pustaka telah digunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Dinamakan ejaan van Ophuysen sesuai dengan orang yang pertama kali mencetuskan ejaan ini, yaitu CH. A. van Ophuysen yang tertuang dalam Kitab Logat Melayu. Ciri-ciri dari ejaan van Ophuysen antara lain :
> Menggunakan huruf j untuk menuliskan huruf y, contoh sayang menjadi sajang.
> Menggunakan oe untuk menuliskan huruf u, contoh sempurna menjadi sempoerna.
> Menggunakan dj untuk menuliskan huruf j, contoh Jakarta menjadi Djakarta.
> Menggunakan tj untuk menuliskan huruf c, contoh macam menjadi matjam.
> Menggunakan gabungan konsonan ch untuk menuliskan kh, contoh khawatir menjadichawatir.
> Kata majemuk dituliskan dalam 3 cara :
– Dirangkai menjadi satu, contoh apabila.
– Dengan menggunakan tanda penghubung, contoh rumah-sakit.
– Digabungkan, contoh anaknegeri.
  1. Ejaan Republik
    Ejaan ini digunakan setelah dikeluarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947. Sejak saat itu ejaan ini juga dikenal sebagai ejaan Suwandi. Ejaan republik merupakan perwujudan dari Kongres Bahasa Indonesia pertama yang digelar di Surakarta pada tahun 1938. Ciri-ciri dari ejaan Republik antara lain :
> Huruf oe dalam ejaan van Ophuysen dirubah menjadi u.
> Tanda trema (“) dari ejaan van Ophuysen dihilangkan.
> Bunyi hamzah (‘) dari ejaan van Ophuysen dihilangkan, contoh kata’ menjadi katak.
> Huruf (e) lemah dan (e) keras tidak dibedakan penulisannya.
> Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara : Menggunakan tanda sambung dan            ditandai dengan angka 2.
  1. Ejaan Malindo
 Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara. Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
  1. Ejaan yang disempurnakan (EYD)
  Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Ejaan ini merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang dibentuk pada 1966. Beberapa kebijakan baru yang diterapkan dalam EYD antara lain :
> Perubahan huruf
Contoh dalam ejaan lama : Djakarta, saja, teroelang, mutachir, njata
          Dalam ejaan baru menjadi : Jakarta, saya, terulang, mutakhir, nyata
       > Huruf (f), (v) dan (z) yang merupakan serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
Contoh : khilaf, valuta, fokus, zakat
        > Huruf (q) dan (x) yang lazim digunakan dalam ilmu pengetahuan tetap digunakan.
Contoh : Maliq, xeros
> Penulisan di- sebagai kata awalan dengan di- sebagai kata depan dibedakan.
Kata awalan : Dicium, dimanja, diberikan
Kata depan : Di rumah, di kantor, di sekolah
> Kata ulang ditulis dengan mengulang unsur-unsurnya, angka 2 tidak digunakan.
Contoh : Anak-anak bukan anak2

Penalaran Induktif Deduktif dan Salah Nalar
Definisi Penalaran Deduktif, Induktif dan Salah Nalar
Penalaran Deduktif, yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan.
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen dan 3 macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis dan silogisme alternatif
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus :P remis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh:
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Saya adalah mahasiswa 
K    : Saya lulusan SLTA
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada makanan, manusia akan kelaparan.
Mn : Makanan tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan Kelaparan.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh 
My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn : Kakak saya berada di Bandung.
K : Jadi, Kakak saya tidak berada di Jakarta.
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
– Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
– Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya

Pengertian dan penjelasan Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir berupa sebuah penarikan kesimpulan yang bersifat umum atas dasar pengetahuan tentang hal-hal khusus (fakta). Artinya dari fakta-fakta yang diperoleh kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Sehingga dapat dikatakan bahwa penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Di dalam penalaran induktif dubagi menjadi tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal. Berikut aka diulas tentang Penalaran Induktif Bentuk bentuk Penalaran Induktif
1.Generalisasi Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum. Generalisasi merupakan pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contohnya :
• Buah mangga berwarna hijau dan rasanya manis.
• Buah Jambu biji berwarna hijau dan rasanya manis.
Generalisasi: Semua buah berwarna hijau rasanya manis Pernyataan “Semua buah berwarna hijau rasanya manis” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya: Buah kedondong juga berwarna hijau, namun rasanya asam.
2. Analogi Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa jika ada persamaan dalam berbagai bidang.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
Meramalkan kesaman
Menyingkapkan kekeliruan
klasifikasi
Contoh analogi :
Manusia yang bijaksana dan berilmu tinggi adalah manusia yang tidak sombong. Oleh karena itu, bila kita memiliki kepandaian dan kelebihan, kita harus bersikap seperti padi yang semakin berisi, semakin merunduk.
3. Kausal Sebuah pernyataan yang timbul berkat adanya elemen elemen yang memiliki hubungan atau keterkaitan.
Jenis jenis hubungan kausal :
a. Sebab- akibat.
irwan tidak mengerjakan PI, sehingga ia tidak dapat lulus tahun ini
b. Akibat – Sebab.
Motor temanku mogok, disebabkan kehabisan bensin
c. Akibat – Akibat.
kakak terjebak macet total dijalan, sehingga kakak beranggapan akan telat masuk kerja.

Salah Nalar
Pengertian SALAH NALAR : Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat.

Jenis-jenis salah nalar:  

  1. a.Deduksi yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan. 
    Contoh :
    • qKalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
        
    • qSemua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
     
  1. Generalisasi terlalu luas 
    Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
    Contoh :
    • vSetiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
        
    • Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
      
  1. Pemilihan terbatas pada dua alternatif 
    Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.
    Contoh :
    • üOrang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain. 
  1. Penyebab Salah Nalar 
    Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
    Contoh :
    • ØBroto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
        
    • Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
  1. Analogi yang Salah 
    Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain. 
    Contoh :
    • Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
        
  1. Argumentasi Bidik Orang 
    Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
    Contoh :
    • Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.
        
  1. Meniru-niru yang sudah ada 
    Salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan kalau orang lain melakukan hal itu. 
    Contoh :
    • Kita bisa melakukan korupsi karena pejabat pemerintah melakukannya.
        
    • qAnak SLTA saat mengerjakan ujian matematika dapat menggunakan kalkulator karena para profesor menggunakan kalkulator saat menjawab ujian matematika.

KALIMAT PARAGRAF atau KALIMAT ALINEA

Pengertian Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Paragraf atau alinea biasanya dibuat dibaris baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya terlihat menjorok ke dalam. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Unsur-unsurnya :
1.Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran
Merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.
2.Kalimat utama atau pikiran utama
Merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.
Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
Deduktif                     : kalimat utama diletakan di awal alinea
Induktif                       : kalimat utama diletakan di akhir anilea
Variatif                        : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea.
Deskriptif/naratif        : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat utama adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas. Kalimat utama yang diletakkan di awal paragraf biasa kita sebut dengan paragraf deduktif, sedangkan kalimat pokok yang diletakkan di akhir paragraf biasa kita sebut dengan paragraf induktif. Adapun ciri-ciri dalam membuat kalimat utama, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut. Ciri-ciri lainnya yaitu kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.
Contoh paragraf deduktif :
PBB menetapkan 12 Agustus sebagai hari Remaja Internasional. Pencetus gagasan ini ialah para menteri sedunia yang menangani masalah remaja di portugal 1998. Tujuannya guna memicu kesadaran remaja untuk memahami masalah sosial budaya, lingkungan hidup, pendidikan dan kenakalan remaja.
Contoh paragraf induktif :
Kalau ditanya rencana masa depan, banyak remaja menjawab asal-asalan. Mereka tidak punya greget dalam menatap masa depan, mereka sebagai air, mengikuti aliran tanpa berperan mengarahkan air itu. Tanpa motivasi, tanpa perencanaan yang jelas. Mereka yang pesimis, harapan masa depannya pun rendah.
  1. Kalimat penjelas
Merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas. Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjukan pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dll. Selain itu, kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di dalam paragraf. Kemudian kalimat penjelas sering memerlukan bantuan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.
Syarat – syaratnya :
  • Kesatuan, maksudnya semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan satu hal suatu hal tertentu.
  • Koherensi, (kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu).
  • Perkembangan alinea, (perkembangan alinea adalah penyusunan/ perician daripada gagasan-gagasan yang membina alinea-alinea itu)
  • Efektif, dengan penggunaan kalimat yang efektif, maka ide akan disampaikan secara tepat.
Macam – macamnya :
Paragraf Narasi
Ialah jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita adalah paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan atau perbuatan yang menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Dalam paragraf narasi terdapat alur cerita, tikoh, setting dan konflik, paragraf narasi juga tidak memiliki kalimat utama.
Contoh paragraf narasi:
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat di leher. Mobil itu berhenti didepan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah untuk menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan tuan Hasan berlomba menyambut kedatangan nyonya Marta.
Paragraf narasi juga dapat dibedakan menurut jenis ceritanya, yaitu:
  • Narasi Ekspositoris ialah jenis narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa itu secara tepat.
Contoh paragraf narasi ekspositoris:
Siang itu, sabtu pekan lalu, Ramin bermain sangat bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Akhmad, memepelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Akhmad, sang pengantin ….
  • Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa.
Contoh paragraf narasi sugestif:
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. tapi, aneh sebeleum menyentuh tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu, Akan tetapi, semuanya gagal.
Paragraf Deskripsi
Ialah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang mampu merangsang indra pembaca. Artinya penulis ingin membuat pembaca melihat, mendengar maupun merasakan apa yang sedang mereka baca dari paragraf tersebut.
Contoh Paragraf Deskriptif:
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Swarangan. Gelombang ombak yang tidak terlalu besar datang bergulung silih berganti menyambut siapapun yang datang seakan ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang terhampar luas tanpa ada karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Sejauh mata memandang yang kulihat hanya laut yang terbentang luas dan biru. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombak yang terus-menerus menghempas kakiku dan terasa asin ketika air laut itu menyentuh bibirku karena percikannya. Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta keluarga dan teman-teman mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk menikmati keindahan pantai Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga melihat beberapa wisatawan berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air, atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai. Meskipun tak seramai dengan pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah nasional maupun internasional pantai ini tak pernah surut oleh wisatawan yang datang.
Ciri-ciri paragraf deskriptif ialah:
  1. Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat, atau suasana tertentu.
  1. Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan).
  1. Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek yang dideskripsikan.
  1. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
Didalam paragraf deskriptif terdapat pola pengembangan paragraf, yaitu:
  1. Pola Spasial
  1. Pola Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan yang berdasarkan pada posisi penulis saat menggambarkan suatu objek. Pola sudut pandang terbagi lagi menjadi 2 pola yaitu:
  1. Pola Subjektif ialah pola yang menggambarkan objek sesuai penafsiran dengan disertai kesan atau opini dari penulis.
  1. Pola Objektif ialah pola pengembangan paragraf deskripsi dengan cara menggambarkan objek secara apa adanya tanpa disertai opini penulis.
Paragraf Eksposisi
Ialah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memahaminya pun pembaca perlu melakukan proses berpikir dan melibatkan pengetahuan.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
  1. Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu tindakan.
  1. Gaya penulisannya bersifat informatif.
  1. Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indra.
  1. Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana.
Contoh Paragraf Eksposisi:
Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal tanaman lidah buaya beserta manfaatnya bagi manusia. Manfaat lidah buaya tidak hanya sebagai penyubur rambut, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Tumbuhan tanpa buah ini memilikii ciri fisik sebagai berikut: daun berbentuk panjang dengan duri kedua sisi daunnya, tebal, dan berwarna hijau. Daunnya mengandung serat bening sebagai daging. Meskipun lidah buaya sejak dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum banyak yang mengetahui bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan. Menariknya, komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur rambut, tapi juga sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah buaya yang terbuat dari daun lidah buaya yang dikeringkan dan kuliner sepert: kerupuk dan jelly lidah buaya.
Paragraf eksposisi terbagi dalam beberapa jenis yaitu:
  • Eksposisi Definisi, batasan pengertian topik dengan menfokuskan pada karakteristik topik itu sendiri.
Contoh paragraf eksposisi definisi:
Ceplukan adalah tumbuhan semak liar yang biasanya tumbuh di tanah-tanah kosong yang tidak terlalu becek dan hanya bisa ditemukan pada saat musim penghujan. Tumbuhan ini memiliki tinggi antara 30-50 Cm, dengan ciri fisiknya ialah memiliki batang yang berwarna hijau kekuningan, buahnya berbentuk bulat dan berwarna kuning. Daging buah ceplukan yang tidak hanya terasa manis, ternyata juga mengandung beberapa khasiat penting untuk menyembuhkan penyakit seperti influenza, sakit paru-paru, kencing manis, dan beberapa penyakit lain. Meski memiliki beberapa khasiat penting, keberadaan tumbuhan ini sering disepelekan karena diangggap sebagai tumbuhan liar yang sama tidak pentingnya dengan tumbuhan liar yang lain.
  • Eksposisi Klasifikasi ialak paragraf yang membagi sesuatu dan mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori.
Contoh paragraf eksposisi klasifikasi:
Sistem penamaan jenis-jenis kritik sastra bervariasi, tergantung pada pendekatan yang digunakan. Pendekatan moral menekankan pada pertalian karya sastra dengan wawasan moral dan agama. Pendekatan historis, bekerja atas dasar lingkungan karya sastra yang berkaitan dengan fakta-fakta dari zaman dan hidup pengarang. Pendekatan impresionistik menjadi ciri khas aliran sastra romantik, menekankan pada efek personil karya sastra pada kritikusnya.
  • Eksposisi Proses, paragraf jenis ini sering ditemukan pada buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, atau cara-cara tertentu.
Contoh paragraf eksposisi proses:
Lemon dan jeruk nipis ternyata memiliki khasiat sebagai penghilang jerawat. Kedua buah ini mengandung citric acid yang sangat kaya dan sangat baik untuk memindahkan sel-sel kulit mati yang bisa menjadi penyebab jerawat. Cara menggunakannya ialah dengan mencampurkan perasan lemon atau jeruk nipis dengan air mawar, kemudian oleskan di wajah secara merata dan biarkan selama 10-15 menit. Setelah itu bilas wajah dengan air hangat. Penerapan yang dilakukan secara rutin dan konsisten selama 15 hari akan memberikan hasil yang maksimal.
  • Eksposisi Ilustrasi (contoh), pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung “seperti” dan “bagaikan.
Contoh paragraf eksposisi ilustrasi (contoh):
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek. Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.
  • Eksposisi Pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Frase penghubung yang digunakan adalah “akan tetapi“, “meskipun begitu“, “sebaliknya“.
Contoh paragraf eksposisi pertentangan:
Orang yang gemar bersepeda, pada umumnya ialah orang-orang yang suka pada alam. Sebaliknya, orang yang tak pernah bersepeda kebanyakan orang kota yang ke mana-mana terbiasa naik mobil nyaman. Mereka akan menggerutu jika menemui jalan sempit di desa-desa.
  • Eksposisi Berita ialah paragraf yang berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis ini banyak ditemukan pada surat kabar
Contoh paragraf eksposisi berita:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
  • Eksposisi Perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkannya dengan hal lain.
Contoh paragraf eksposisi perbandingan:
Tinju bukanlah jenis olah raga yang banyak peminatnya, yang banyak adalah penggemarnya. Berbeda dengan olah raga jalan kaki, peminatnya banyak, penggemarnya sedikit. Karena, tidak ada orang yang menonton orang lain berjalan kaki.
  • Eksposisi Analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi beberapa subbagian, kemudian masing-masing subbagian dikembangkan secara berurutan.
Contoh paragraf eksposisi analisis:
Beragam teori dikemukakan untuk menemukan latar belakang kematian Merilyn Monroe. Ada yang berpendapat dia diancam oleh mafia. Seorang detektif memperkirakan, Merilyn memiliki hubungan dengan J.F. Kennedy. Dia dibunuh untuk menutupi kejadian yang dapat merusak nama baik tokoh penting AS tersebut …
Paragraf Argumentasi
Ialah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Ciri-ciri paragraf argumentasi, yaitu:
  1. Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.
  1. Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya beruapa gambar/grafik, dll.
  1. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman dan penelitian.
  1. Penutup berisi kesimpulan.
Jenis-jenis paragraf argumentasi:
  1. Pola Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Contoh Pola Analogi: Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
  1. Pola Generalisasi (pola umum) adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Contoh Pola Generalisasi: Setelah karangan anak-anak kelas 8 diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lainmendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang punmendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak kelas 8 cukup pandaimengarang.
  1. Pola Hubungan Sebab Akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Contoh Pola Hubungan Sebab Akibat: Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa initidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dankurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Paragraf Persuasi
Ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
Ciri-ciri paragraf persuasi, yaitu:
  1. Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
  1. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
  1. Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca.
  1. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
  1. Persuasi memerlukan fakta dan data.
Contoh paragraf persuasi:
Masyarakat Hindu di Bali memiliki upacara kematian yang sangat unik dan memiliki daya tarik tersendiri untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben adalah ritual atau upacara pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang sudah meninggal. Karena dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tidak semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben biasanya akan dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan ngaben telah siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang sangat unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.
PENGEMBANGAN ALINEA :
Metode-metode pengembangan paragraf sesuai dengan dasar pembentuk alinea.
  1. Klimaks dan Anti-Klimaks
Perkembangan gagasan dalam sebuah paragraf dapat disusun dengan mempergunakan dasar klimaks, yaitu suatu gagasan utama diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya, berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya.
Variasi dari klimaks adalah anti-klimaks, yaitu penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah hingga yang paling rendah.
  1. Sudut Pandang
Yang dimaksud dengan sudut pandang adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut pandang juga mencakup pengertian bagaimana pandangan dan anggapan penulis terhadap subjek yang sedang digarapnya.
  1. Perbandingan dan Pertentangan
Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara seorang pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek, atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Segi-segi perbandingan harus disusun sedemikian rupa sehingga kita dapat sampai kepada gagasan sentralnya.
  1. Analogi
Bila perbandingan dan pertentangan membuat perbedaan antara dua hal, maka analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan fungsi dari dua hal tesebut sebagai ilustrasi.
  1. Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu peristiwa atau kejadian. Untuk menyusun proses, pertama penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh. Kedua, ia harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya. Bila tahap-tahap kejadian ini berlangsung dalam waktu-waktu yang berlainan, maka penulis harus memisahkan dan mengurutkannya secara kronologis. Ketiga, sesudah melakukan pembagian, harus dijelaskan tiap tahap-tahap secaradetail dan tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh prose situ dengan jelas.
  1. Sebab – Akibat
Pengembangan alenia dapat pula dilakukan dengan menggunakan pola sebab-akibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya. Tetapi data juga terbalik, akibat dijadikan gagasan utama sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perincian.
  1. Umum – Khusus
Cara umum-khusus dan khusus-umum merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagasan dalam sebuah alenia secara teratur. Pertama, gagasan utamanya ditempatkan pada awal alenia, dan perincian-perinciannya terdapat dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kedua, dikemukakan perincian-perincianya, kemudian pada akhir alenia generalisasinya. Jadi, yang satu bersifat deduktif, sedangkan lainnya bersifat induktif.
  1. Klasifikasi
Yang dimaksud dengan klafisikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokan gagasan-gagasan yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Oleh sebab itu, Klasifikasi tertuju pada dua arah yang berlawanan yaitu :
  1. Mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok.
  1. Memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain.
  1. Definisi
Yang dimaksud dengan definisi dalam pembentukan sebuah alenia adalah usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal.
MACAM-MACAM ALINEA
Menurut fungsinya :
  1. Alinea pembuka
  1. membuka suatu karangan
  1. menarik minat dan perhatian pembaca
  1. menyiapkan pikiranpembaca
  1. Alinea penghubung
Semua alinea yang terdapat diantara alinea pembuka dengan alinea penutup.
  1. Alinea penutup
  1. mengakhiri karangan/bagian karangan
  1. mengandung kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian
  1. menimbulkan banyak kesan
Menurut posisi kalimat topik
  1. Alinea Deduktif
Bila kalimat pokok ditempat pada bagian awal alinea akan terbentuk alinea deduktif, yaitu alinea yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan alinea (urutan umum-khusus).
  1. Alinea Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir alinea akan terbentuk alinea induktif, yaitu alinea yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah dia
  1. Alinea Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir alinea, terbentuklah alinea campuran deduktif-induktif. Kalimat pada akhir alinea umumnya menegasakan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal alinea.
  1. Alinea Penuh Kalimat Topik
Semua kalimatnya penting. Alinea semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
” Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku.”
Berdasarkan isinya :
  1. Alinea persuatif
Isi alinea ini mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca.
Contoh:
Indonesia terkenal sebagai negara agragris yaitu negara yang masyarakatnya pada umumnya berkerja di bidang pertanian. Karena itu banyak sekali hasil dari pertanian yang terbesar ialah padi.
Namun tanpa kita sadari karena tingginya ketergantungan terhadap padi sendiri membuat pertanian kita hanya bergantung pada sektor tersebut. Sedangkan karena tingginya jumlah konsumen nasi membuat kebutuhan akan padi semakin meningkat hingga pada titik tertentu Indonesia harus impor beras. Ini ialah hal yang sangat riskan karena negara agragris harus meng impor beras.
Hal ini tidak lepas dari kebiasaan masyarakat yang bergantung pada nasi. Padahal masih banyak makanan yang bisa menggantikan padi. Oleh karena itu beralih lah ke makanan lain pengganti nasi seperti jagung dan ubi-ubi an yang tidak hanya mudah ditemukan dan tentunya lebih ekonomis dan dapat menumbuhkan sektor pertanian yang lainnya.
  1. Alinea argumentatif
Isi alinea ini membahas satu masalah dengan bukti-bukti alasan yang mendukung. Paragraf argumentasi mempunyai dua pola pengembangan, yaitu sebagai berikut:
  1. Sebab ke Akibat, yaitu jenis pola pengembangan paragraf argumentasi yang berawal dari peristiwa yang dianggap sebagai penyebab, lalu menuju kepada kesimpulan yang berupa efek atau akibat yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut.
  1. Akibat ke Sebab, merupakan kebalikan dari pola pengembangan paragraf argumentasi yang sebelumnya. Paragraf ini dimulai dari menjelaskan suatu masalah yang dianggap sebagai akibat lalu bergerak menuju hal-hal yang dianggap sebagai penyebab masalah tadi.
Contoh Paragraf Argumentasi Sebab Akibat
“Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu maju mundurnya suatu bangsa. Adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan lagi bahwa pendidikan di indonesia adalah pendidikan yang sangat mahal dan tak terjangkau bagi masyarakat tak mampu. Pada tahun 2010 saja terdapat 1,08 juta siswa SD hingga SMA yang putus sekolah. Biaya pendidikan yang mahal diperkirakan menjadi sebab tingginya angka putus sekolah di tahun 2010 tersebut.”
Contoh Paragraf Argumentasi Akibat Sebab
“Kerusakan lingkungan merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh umat manusia di era modern sekarang ini. Hampir setiap hari kita selalu disuguhi dengan berita-berita tentang berbagai macam bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan berbagai macam bencana alam lain yang telah memakan banyak sekali korban baik harta maupun nyawa. Bencana-bencana alam “buatan” yang sering terjadi saat ini, tak lain dan tak bukan adalah akibat dari pola hidup sebagian besar manusia modern yang tidak ramah lingkungan.”
  1. Alinea naratif
Isi alinea ini menuturkan peristiwa atau keadaan kedalam bentuk cerita.
Contoh:
“Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku libur selama sembilan hari dan akan berakhir pada tanggal 18 Maret. Aku dan seluruh keluargaku tidak menyia-nyiakan waktu ini untuk mengadakan liburan keluarga. Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai Parangtritis. Pagi-pagi aku telah berbenah dan menyiapkan semua perbekalan yang nantinya diperlukan. Sepanjang perjalanan, aku iringi dengan nyanyian lagu riang. Betapa senangnya aku ketika sampai di pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku sambut Pantai Parangtritis dengan senyumku. Pantai Parangtritis, pantai nan elok yang menjadi favoritku. Tanpa menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air. Kuambil air dan aku ayunkan ke mukanya. Dengan canda tawa, kami saling berbalasan. Puas rasanya, terasa hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap harinya. Di sana, aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam telah kuhabiskan disana. Hari pun mulai sore menandakan perpisahan dan kembali pulang. Tak rela rasanya kebahagiaan ini akhirnya selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.”
  1. Alinea deskriptif
Isi alinea ini melukiskan atau menggambarkan sesesuatu dengan bahasa.
Contoh:
“Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Parang Tritis. Gelombang ombak bergulung-gulung datang silih berganti menyambutku serasa ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang menghampar luas tanpa ada tumbuh-tumbuhan atau karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Di sebelah kanan-kiri, aku bisa memandang air laut sejauh mata memandang, pandai dengan bukit berbatu, pesisir serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombah menghempas kakiku dan terasa asin air itu ketika bibirku terkena percikan. Sepanjang aku berjalan, hampir pinggiran pantai dipenuhi oleh pengunjung wisatawan. Kulihat ada yang berlari berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air, berfoto-foto dengan latar sekitar pantai. Tapi yang paling membuatku tertarik, kulihat ada beberapa turis manca negara yang menikmati keindahan pantai ini dengan naik delman. Seperti apa yang aku lihat, pantai ini memang sangat ramai pengunjung. Tak pernah sunyi pantai Parang Tritis.”
  1. Alinea ekspositoris
Isi alinea ini memaparkan sesuatu fakta atau kejadian tertentu.
Contoh:
“Parangtritis adalah nama desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini terdapat pantai Samudera Hindia yang terletak kurang lebih 25 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai, gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang disebut parang wedang konon air di pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit kulit, air dari pemandian tersebut mengandung belerang yang berasal dari pengunungan di lokasi tersebut. Air panas dari parang wedang dialirkan ke pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak. Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda & kuda yang dapat disewa untuk menyusuri pantai dari timur ke barat. selain itu juga parangtritis sebagai tempat untuk olahraga udara/aeromodeling.”

TATA KALIMAT

A. Fungsi Kalimat
Fungsi kalimat terdiri atas subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap. 
Cara praktis menentukan fungsi kalimat:
1. Subjek 
Subjek adalah pokok kalimat. Fungsi ini dapat dicari dengan pertanyaan “Siapa/Apa yang dibicarakan oleh kalimat ini?” Subjek selalu berjenis kata benda atau frasa benda, sebab definisi subjek adalah hal/sesuatu yang dibicarakan oleh kalimat.
2. Predikat 
Predikat adalah keterangan langsung terhadap subjek. Predikat dapat dicari dengan pertanyaan “Ada apa dengan subjek? Apa yang dilakukan subjek? Apa sifat subjek? Bagaimana keadaan subjek?”
3. Objek
Objek adalah bagian kalimat yang dapat diubah menjadi subjek dengan cara dipasifkan atau diaktifkan. Objek dapat dicari dengan memasifkan atau mengaktifkan kalimat. Bagian yang berubah menjadi subjek adalah objeknya.
4. Keterangan
Keterangan adalah bagian yang bersifat menjelaskan. Cirinya, dapat dipindah dengan melompati subjek dan predikat, tanpa mengubah arti kalimat.
5. Pelengkap
Pelengkap menyerupai objek. Cirinya, tidak dapat dipindahkan melompati S dan P dan tidak dapat diubah menjadi subjek.

B. Jenis Kalimat
1.Berdasarkan adanya S dan P
a.Kalimat lengkap (memiliki S dan P)
b.Kalimat tidak lengkap (tidak memiliki S, P, atau keduanya)
2.Berdasarkan jumlah klausanya (adanya 1 predikat dihitung sebagai 1 klausa)
a.Kalimat tunggal (hanya memiliki 1 predikat atau 1 klausa)
b.Kalimat majemuk (memiliki lebih dari 1 klausa atau lebih dari 1 predikat)
Kalimat majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran.
3.Berdasarkan maksud atau tujuan penggunaannya
a.Kalimat berita (bertujuan untuk memberitakan sesuatu)
b.Kalimat tanya (bertujuan untuk menanyakan sesuatu)
c.Kalimat perintah (bertujuan untuk menyuruh atau mengharapkan sesuatu)

B. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara singkat dapat mengungkapkan maksud dengan setepat-tepatnya. Ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1.Kalimat tidak lengkap (tidak memiliki S, P, atau keduanya)
Contoh: Kepada para undangan dimohon duduk dengan tertib.
2.Menggunakan kata secara berlebihan (pleonastis)
Contoh: Sebagian besar para orang tua mengeluhkan mahalnya biaya sekolah.
3.Menggunakan kata secara tidak tepat makna
Contoh: Ibu Hadi menyuguhi the manis untuk kedua tamunya.
4.Menimbulkan makna ganda atau ambigu
Contoh: Di sanalah garasi mobil baru kami.
5.Penulisannya tidak sesuai dengan EyD
Contoh: “Masuklah!,” kata ibuku.

C. Kalimat Langsung
Kalimat langsung sering kita temukan dalam berita atau laporan lain yang ditulis berdasarkan hasil wawancara. Penggunaan kalimat langsung itu berfungsi untuk:
a.menghindari kejenuhan pembaca.
b.menunjukkan bukti bahwa narasumber benar-benar memberikan pernyataan. 
Jika kamu hendak menggunakan kalimat langsung dalam laporan hasil wawancara, perhatikan tata tulisnya. Berdasarkan tata tulisnya, ada tiga model penulisan kalimat langsung, yakni sebagai berikut (perhatikan tanda baca yang digunakan dan letaknya!)
1.“……pernyataan narasumber………..,” …kalimat perangkai …
Contoh: 
“Kesuksesan perusahaan ini tidak datang begitu saja. Saya telah merintisnya sejak belasan tahun lalu,” tutur Sri Puji Astuti, Direktris PT Ansatasia.

2.Kalimat perangkai, “ …pernyataan narasumber … .”
Contoh:
Dengan mimik serius Siti Puji Astuti, Direktris PT Ansatasia, berkata,” Kesuksesan perusahaan ini tidak datang begitu saja. Saya telah merintisnya sejak belasan tahun lalu bersama adik saya, Prantaningrih,.”

3. “……penggalan pernyataan narasumber………..,” …kalimat perangkai, “ …lanjutan pernyataan narasumber … .”
Contoh:
“Kesuksesan perusahaan ini tidak datang begitu saja,” kata Siti Puji Astuti, Direktris PT Ansatasia, itu dengan mimik serius, “Saya telah merintisnya sejak belasan tahun lalu.”

A.Mengidentifikasi Jenis-jenis Klausa
Klausa adalah sekelompok kata yang menjadi bagian dari sebuah kalimat. Sedangkan kalimat adalah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau kumpulan kata disertai intonasi yang menunjukkan bahwa kesatuan itu sudah lengkap. Dalam wujud lisan, klimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, dan diakhiri oleh intonasi selesai. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik tanda seru atau tanda tanya.
1.Jenis-jenis Klausa 
A. Berdasarkan Unsur-unsurnya:
a.Klausa Bebas, yaitu klausa yang secara potensial dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
b.Klausa Terikat, yaitu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Contoh:
Ayah berkata bahwa kakinya sakit.
Ayah berkata = klausa bebas.
bahwa kakinya sakit = klausa terikat
B. Berdasarkan Struktur
a. Klausa hubungan koordinatif, yaitu klausa yang menghasilkan kalimat majemuk setara. 
Hubungan koordinatif mencakup tiga jenis makna, yakni makna penjumlahan, makna perlawanan, dan makna pemilihan.
- Makna hubungan penjumlahan ditandai dengan penggunaan konjungtor dan, lagi pula, lalu, kemudian, serta, tambahan pula.
-Makna hubungan perlawanan antara lain ditandai dengan penggunaan konjungtor tetapi, sedangkan, melainkan, padahal.
-Makna hubungan pemilihan ditandai dengan penggunaan konjungtor atau.
b.Klausa hubungan subordinatif, yaitu klausa yang menghasilkan kalimat majemuk bertingkat (Aku tidak bisa pergi karena hujan turun)
Hubungan subordinatif mencakup dua belas jenis makna, yakni hubungan yang menyatakan makna waktu, syarat, tujuan, sebab (alasan), cara, isi (penjelasan), perbandingan, pertentangan, akibat, pengecualian, penegasan, dan atributif. Sebagaimana makna hubungan koordinatif, setiap makna hubungan subordinatif juga ditandai dengan konjungtor-konjungtor tertentu. 
a.Makna hubungan waktu di antaranya ditandai dengan penggunaan konjungtor sebelum, sejak, selama, ketika, selagi, (se)-waktu, seusai, begitu, sampai, hingga,.
b.Makna hubungan syarat ditandai dengan penggunaan konjungtor jika, apabila, kalau, seandainya, andaikata, seumpama.
c.Makna hubungan tujuan ditandai dengan penggunaan konjungtor agar, supaya, untuk, demi, bagi.
d.Makna hubungan sebab ditandai dengan penggunaan konjungtor sebab, karena, oleh karena.
e.Makna hubungan cara ditandai dengan penggunaan konjungtor dengan, seraya, sambil.
f.Makna hubungan isi ditandai dengan penggunaan konjungtor bahwa atau kata tanya seperti kapan, bagaimana, dengan siapa.
g.Makna hubungan perbandingan di antaranya ditandai dengan penggunaan konjungtor seperti, ibarat, bagaikan, daripada, seolah-olah, seakan-akan,laksana, alih-alih.
h.Makna hubungan pertentangan ditandai dengan penggunaan konjungtor meskipun, sungguhpun, biarpun, kendatipun, walaupun.
i.Makna hubungan akibat ditandai dengan penggunaan konjungtor sehingga, sampai-sampai, maka.
j.Makna hubungan pengecualian ditandai dengan penggunaan konjungtor kecuali, dan selain.
k.Makna hubungan penegasan ditandai dengan penggunaan konjungtor bahkan dan (malah)-an.
l.Makna hubungan atributif ditandai dengan penggunaan konjungtor yang.

Membedakan Frasa, Klausa, dan Kalimat
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi. Klausa adalah bagian dari kalimat yang harus memiliki unsur subjek dan predikat. Kalimat adalah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau kumpulan kata disertai intonasi yang menunjukkan bahwa kesatuan itu sudah lengkap.
Perhatikan contoh berikut!
-Teman kakak membeli kambing (1 klausa, 1 frase)
Teman kakak membeli kambing muda ketika aku datang ke rumahnya. ( 2 klausa, 3 frase) 

Kalimat berikut yang berpola S-P-Pel adalah ….
a.Para siswa sedang mempelajari cara menulis surat
b.Aturan menulis surat dinas sudah diajarkan oleh guru kami
c.Murid-murid sedang belajar cara menulis surat
d.Guru Bahasa Indonesia kami sudah mengajarkan materi tersebut
e.Guru menjelaskan cara menulis alamat surat secara benar

19. Kerukunan hidup antarumat beragama telah menjadi pegangan hidup masyarakat kita sejak masa lampau. Penyebaran agama-agama di Indonesia tak satu pun yang dilakukan melalui pertumpahan darah. Hindu masuk dengan damai, Budha masuk pula dengan damai. Demikian juga dengan Islam dan Nasrani. Agama merupakan sendi utama kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam perkembangannya kemudian, para penganut agama itu dapat hidup rukun dan tolong-menolong. 
Kalimat yang sebaiknya dihilangkan dari paragraf di atas adalah ….
a.Kerukunan hidup antarumat beragama telah pula menjadi pegangan hidup masyarakat kita sejak masa lampau
b.Penyebaran agama-agama di Indonesia tak satu pun yang dilakukan melalui pertumpahan darah
c.Hindu masuk dengan damai, Budha masuk pula dengan damai
d.Agama merupakan sendi utama kehidupan masyarakat Indonesia
e. alam perkembangannya kemudian, para penganut agama itu dapat hidup rukun dan tolong-menolong.

20. Dalam surat edaran itu menyatakan bahwa kepada para siswa yang memiliki sejumlah piagam-piagam penghargaan diminta berkumpul di aula pada pukul 13.00.
Penyuntingan yang tepat sehingga kalimat di atas menjadi benar adalah ….
a.Dalam surat edaran itu dinyatakan bahwa kepada para siswa yang memiliki piagam penghargaan diminta berkumpul di aula pada pukul 13.00.
b.Dalam surat edaran itu menyatakan bahwa siswa yang memiliki sejumlah piagam-piagam penghargaan diminta berkumpul di aula pada pukul 13.00.
c.Dalam surat edaran itu dinyatakan bahwa kepada siswa yang memiliki piagam penghargaan diminta berkumpul di aula pada pukul 13.00.
d.Surat edaran itu menyatakan bahwa siswa yang memiliki sejumlah piagam-piagam penghargaan diminta berkumpul di aula pada pukul 13.00
e.Surat edaran itu menyatakan bahwa siswa yang memiliki piagam penghargaan diminta berkumpul di aula pada pukul 13.00

Kalimat yang ditulis dengan menggunakan ejaan yang benar adalah ….
a.Ketika meliput kegiatan tersebut, kami bertemu dengan Jenderal Besar itu
b.Sebagai Bupati, Rustriningsih berhasil menunjukkan kinerja yang baik
c.Kepada Paman Handoko, saya sampaikan bungkusan yang dititipkan ayah
d.Kami membeli kerang, ikan bakar dan cumi-cumi goreng di Pantai indah itu
e.Walaupun sibuk Presiden RI masih menyempatkan diri membaca buku 

Penggunaan tanda koma pada kalimat ini benar, kecuali ….
a.Dalam upacara itu hadir para menteri, gubernur, wakil presiden, Ibu, dan Bapak Presiden
b.Bersama adik, kakak, dan Paman Andi, aku pergi ke rumah kakek sore itu
c.Upaya pencarian sudah dilakukan tim SAR, tetapi korban belum ditemukan
d.Oleh sebab itu, upaya pencarian akan dilanjutkan seminggu mendatang
e.Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, dikebumikan di kota Blitar, Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar